Salah satu misteri terbesar di perairan maut ini adalah hilangnya kapalberbendera Inggris Atalanta pada tahun 1880. Kapal itu meninggalkan Bermuda pada bulan Januari menuju Inggris dengan awak kapal yang terdiri dari 300 orang kadet dan perwira, dan tidak pernah terlihat lagi. Meskipun diadakan penjagaan ketat
oleh sebuah armada besar kapal yang berlayar melintasi samudra dalam formasi dan jarak yang memungkinkan awak masing-masing kapal dpt saling melihat, tidak ada satu pun pecahan kapal, tiang atau sekoci penolong dari Atalanta yang pernah ditemukan. Namun terjadi kekecualian terjadi pada bulan Februari 1953, ketika kapal pengangkut barang yang menuju Jamaika dari York, Inggris, mengirim SOS sewaktu berada di Segitiga Bermuda. Setelah pesan itu tiba-tiba terhenti tanpapenjelasan, dilancarkanlah suatu pencarian, tetapi tidak ada apa-apa yang ditemukan. Kemudian ada laporan resmi dari London yang mengatakan, "penyebabnya tidak dapat dipastikan".
Satu kapal penyelidik Jepang tenggelam dalam peristiwa penyelidikan ini. Angakatan Laut Amerika, dalam operasi yang dikelompok-kelompokkan yang dikenal sebagai Project Magnet, telah melakukan penyelidikan geomagnetis yang luas, yang memperbaharui banyak ukuran yang sudah berumur lebih dari 30 tahun. Diduga
proyek tersebut juga melaksanakan tugas-tugas lain, termasuk pesan-pesan dari luar angkasa dan menyelidiki Teori "ikatan yang hilang". Ada juga yang mengaitkan keberadaan Segitiga bermuda tersebut dengan keberadaan sebuah tempat yang bernama Atlantis. Kejadian-kejadian yang non supranatural, juga sering terjadi seperti badai yang aneh, arus ombak yang luar biasa di teluk yang berarus kencang, dan pergeseran dasar laut yang berubah dengan cepat. Tempat ini juga merupakan daerah yang sangat jarang karena ditempat inilah daya magnet bumi bagian utara bertabrakan dengan magnet kutub utara. Ini akan membuat seorang penerbang akan kliyengan kehilangan arah. Ratusan kapal laut sudah hilang tanpa jejak di wilayah kecil di lepas pantai Amerika. Wilayah itu sangat boleh jadi tempat pendaratan UFO yang penuh medan magnet, perusak kompas dan alat navigasi elektronik lainnya. Tapi mungkin juga lubang ruang waktu yang menyedot hilang semua materi, seperti black hole. Atau mungkin memang tempat pusaran air yang luar biasa besarnya. Apa pun teori penjelasan yang disusun, daerah itu tetap misterius.
Dulu ketika samudera masih diarungi para pelaut pemberani dengan kapal kayu, sudah ada yang menuturkan tentang suatu wilayah di Samudera Atlantik yang tidak beres. Itu Laut Sargaso yang kadang-kadang tidak ada anginnya yang bertiup sedikit pun sampai lama sekali, sehingga kapal layar zaman itu tidak maju-maju. Padahal laut penuh dengan ganggang raksasa yang daunnya mengapung seperti tangan-tangan ribuan ular naga. Tamatlah riwayat kapal yang terlalu lama mandek, karena sementara itu dindingnya sudah ditumbuhi ganggang raksasa berdaun seperti tangan-tanganular naga. Akhir awak kapal kayu semacam itu ialah kelaparan dan mati pelan-pelan. Begitu pula dengan kapal hantu yang tetap mengapung di laut tetapi tidak ada
seorang awak pun yang mengemudikannya. Kapal itu mungkin sudah ditinggalkan oleh awaknya yang mencoba berenang mencapai pantai, tapi tidak berhasil. Sebab, tidak ada sisanya secuil pun.
Kisah semacam itu tidak diragukan lagi hanya didengarkan (atau dibaca) sebagai legenda, tapi tidak dipercaya. Namun, anehnya sampai sekarang pun masih saja ada yang beredar, dan dibaca atau diperbincangkan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah. Kadang tentang kapal yang terbalik karena salah menempatkan muatan dalam kapal. Atau tentang kapal yang tiba-tiba kehilangan arah dalam cuaca yang tiba-tiba saja menjadi buruk, lalu tak dapat mengatasi musibah karena kondisi kapal memang buruk, kurang perawatan. Tetapi yang lebih aneh ialah, ada beberapa kapal modern yang sebenarnya sangat layak laut, namun begitu toh ditinggalkan juga oleh awak kapalnya. Tak seorang pun yang dapat ditemukan kembali. Pada bulan April 1925 misalnya, kapal pengangkut barang Raifuku Maru dari Jepang, yang boleh dikatakan sudah modern dilengkapi pemancar radio, dan sangat layak laut, cepat sekali tenggelam setelah mengirim berita, "Seperti pisau raksasa! Cepat tolong! Kami tak mungkin lolos!" Kapal itu ditelan ombak bersama seluruh awaknya. Tak ada yang tersisa.
Bulan Oktober 1951, kapal tanker Southern Isles mengalami nasib serupa. Ketika berlayar dalam konvoi, tiba-tiba ia hilang sampai kapal-kapal yang lain hanya dapat melihat cahaya yang ditinggalkannya sedang tenggelam ke dasar laut. Kapal tanker kembarannya Southern Districts tenggelam dengan cara yang sama dalam bulan Desember 1954. Ia hilang tanpa meninggalkan SOS ketika berlayar melintasi wilayah yang tidak beres itu ke Utara menuju South Carolina. Itu beberapa kejadian yang mencolok untuk dicatat. Kejadian lain yang serupa tapi tak sama terlalu banyak untuk disebut satu per satu. Pesawat terbang juga ditelan. Tetapi
yang paling mengerikan ialah hilangnya formasi lengkap 5 buah pesawat pelempar torpedo Grumman TMB-3 Avenger tanggal 5 Desember 1945. Sebuah pesawat penyelamat yang ingin mencari sisa-sisanya pun ditelan ombak di "laut yang tidak beres" itu. Kisahnya tidak diolok-olok sebagai legenda lagi, tapi ditangani lebih serius. Jadi di kemudian hari tidak akan ada lagi yang mencoba-coba melewati daerah itu. Sejak itu, orang bicara ngeri tentang segi tiga maut Bermuda. Disebut segi tiga, karena setelah kelenyapan-kelenyapan kapal dan pesawat terbang itu diproyeksikan pada peta, ternyata semua berlangsung di suatu daerah berbentuk segi tiga,antara Kepulauan Bermuda, Puerto Rico, dan bagian selatan Florida.
Cerita 5 buah pesawat pelempar torpedo Grumman TMB-3 Avenger tanggal 5 Desember 1945 yang misterius adalah pada waktu berangkat dari pangkalan udara Fort Lauderdale, di utara Miami, pada pukul 14.10 untuk latihan terbang ke arah timur sejauh 150 mil, lalu belok ke Utara sejauh 40 mil, dan akhirnya ke Barat Daya untuk kembali ke pangkalan lagi. Dalam perjalanan ada acara latihan menyerang beberapa bangkai kapal di pantai Kepulauan Great Sale Clay. Udaranya mula-mula cerah, dan penerbangan berjalan mulus. Tetapi pada pukul 15.45 komandan penerbangan Letnan Udara Charles Taylor, yang sudah mengantungi 2.500 jam terbang, melaporkan ke menara pangkalan, "Ini gawat, Pak! Kami sepertinya
kehilangan arah! Tak ada daratan. Ulangi: tidak ada daratan!" Menara pengawas menanyakan posisi formasi pesawat, tapi Taylor menjawab, "Tak tahu persis dimana kami berada!". "Terbanglah ke Barat!" perintah menara. Tapi kemudian lama sekali tidak ada kontak. Lalu ada percakapan simpang siur dari beberapa orang
penerbang yang lain, "Kami tidak tahu di mana arah barat itu. Ada yang tidak beres ini. Semua terlihat aneh. Bahkan lautnya juga!" Sesudah sepi sejenak, komandan penerbangan menyerahkan komando kepada penerbang lain tanpa alasan yang jelas. Komandan baru ini melapor dengan suara setengah histeris, "Ya, Tuhan! Di mana kami ini! Mungkin kami sudah melewati Florida dan terbang di atas Teluk Meksiko!". Pada saat itu komandan baru memutuskan untuk terbang kembali 180 derajat ke arah Florida lagi, tetapi dari kenyataan bahwa sinyal radionya makin lama makin lemah, diduga bahwa ia justru terbang lebih menjauhi pangkalan. Laporan terakhir yang dapat ditangkap ialah, "Nampaknya kami terbang memasuki air putih ... ... tamatlah kami!" Seorang penggemar radio SSB yang ikut mendengarkan percakapan itu menjelaskan lewat radionya, bahwa ia masih sempat mendengarkan kata-kata terakhir dari Letnan Taylor kepada para penerbang lain, "Janganmengikuti saya! Sepertinya mereka datang dari angkasa luar!". Segera sesudah
kontak dengan para penerbang itu putus, sebuah pesawat amfibi PBM-5 Martin Mariner mengangkasa untuk memberi pertolongan. Beberapa menit kemudian, pesawat ini melaporkan posisinya, tapi kemudian pemancarnya diam. Pesawat ini hilang juga bersama 13 awak pesawat. Tak berbekas seperti kelima pesawat Grumman yang hendak ditolong. Menurut saksi mata di atas kapal tanker Gaines Miles yang kebetulan berlayar di daerah itu, pesawat amfibi itu jatuh ke laut. Pada pukul 19.40 awak kapal tanker ini melihat ledakan dahsyat dengan kobaran api setinggi 30 m. Ketika kapal itu datang ke tempat kejadian, awaknya melihat kubangan minyak, tapi tak ada secuil pun sisa pesawat amfibi yang tampak. Apalagi orang.
Dua puluh dua kapal angkatan laut, 300 pesawat terbang militer, dan sejumlah kapal selam kemudian dikerahkan untuk mencari sisa-sisa kecelakaan terbesar dalam abad ini. Hasilnya nol koma nol-nol. Penulis Amerika Charles Berlitz menjadi kaya karena bukunya yang meledak The Bermuda Triangle, terbitan
Doubleday & Co, New York, tahun 1974. Sebanyak 18 juta jilid laku keras sepertipisang goreng. Berlitz mengemukakan dugaan, bahwa pesawat naas itu diserang makhluk angkasa luar dalam piring terbang bercahaya putih. Atau mungkin juga tersedot ke dalam lubang lorong waktu seperti hilangnya semua materi kalau masuk ke dalam black hole ruang angkasa. Itu semua jelas spekulasi, tetapi pada tahun 1974, masyarakat memang masihpercaya pada spekulasi-spekulasi quasi ilmiah. Menurut para peneliti ilmiah yang
menangani masalah ini, kompas para penerbang pesawat Grumman itu rusak, dan penerbangnya harus berjuang mengatasi keadaan dengan hanya mengandalkan pada penglihatan dan posisi matahari, untuk terbang lebih lanjut.
Pada suatu saat mereka mengira terbang di atas kepulauan sebelah selatan Florida. Berdasarkan posisi yang salah ini mereka bernavigasi lebih lanjut. Tetapi sebenarnya mereka terbang zig-zag di utara Kepulauan Bahama, menuju ke Samudera Atlantik. Karena tangki bensinnya kemudian kosong, terjunlah mereka ke laut, dan hancur berkeping-keping. Kalaupun ada yang berhasil lolos dari maut ketika mendaratkan pesawatnya di permukaan air, ia jelas tidak dapat bertahan dalam air yang dingin, lalu tewas tenggelam. Tetapi apa penyebab rusaknya kompas itu, dan mengapa itu terjadi di segi tiga Bermuda? Apakah ini berhubungan dengan air
bercahaya putih yang dilaporkan oleh para penerbang, dan yang kemudian juga dilihat oleh para awak pesawat ruang angkasa Apollo 12? Menurut Bill Dillon dari U.S. Geological Survey, Woods Hole Field Center, air bercahaya putih itulah penyebabnya. Di daerah segi tiga maut Bermuda, tapi juga di beberapa daerah lain sepanjang tepi pesisir benua, terdapat "tambang metana". Tambang ini terbentuk kalau gas metana menumpuk di bawah dasar laut yang tak dapat ditembusnya. Gas ini dapat lolos tiba-tiba kalau dasar laut retak. Lolosnya tidak kepalang tanggung. Dengan kekuatan yang luar biasa, tumpukan gas itu menyembur ke permukaan sambil merebus air, membentuk senyawaan metanahidrat. Peristiwa ini mirip dengan blow out yang sering terjadi pada pengeboran minyak bumi. Pada blow out di daratan, yang dibakar gas adalah udara yang tidak begitu menimbulkan malapetaka, kecuali kebakaran yang mudah dikendalikan. Tetapi di
dasar laut segi tiga maut Bermuda? Kejadiannya menyangkut gas metana yang luar biasa banyaknya dalam air yang juga ratusan ribu ton. Air yang dilalui gas ini mendidih sampai terlihat sebagai "air bercahaya putih". Blow out serupa yang pernah terjadi di Laut Kaspia sudah banyak menelan anjungan pengeboran minyak sebagai korban. Regu penyelamat yang dikerahkan tidak menemukan sisa sama sekali. Mungkin karena alat dan manusia yang menjadi korban tersedot pusaran air, dan jatuh ke dalam lubang bekas retakan dasar laut, lalu tanah dan air yang semula naik ke atas tapi kemudian mengendap lagi di dasar laut, menimbuni mereka semua.
Apakah kejadian serupa juga berlangsung di segi tiga maut Bermuda? Di daerah Blake Ridge, di lepas pantai South Carolina memang ditemukan senyawaan metanahidrat. Di laboratorium penelitian gerakan air British Institute of Oceanographic Sciences kemudian dilakukan percobaan dengan kapal miniatur yang dilanda air
yang mendidih tiba-tiba. Kapal percobaan ini segera tenggelam karena berkurangnya daya apung yang tiba-tiba. Juga kapal penyelamat percobaan yang dikirim kemudian tenggelam dengan cara yang sama.
Apakah dengan hasil percobaan itu misteri segi tiga maut Bermuda sudah terpecahkan? Belum juga!
Bagaimana duduk perkaranya sampai pesawat terbang juga menjadi korban ledakan gas metana? Menurut Bill Dillon, pesawat yang terbang rendah memang dapat terpengaruh oleh pancaran air mendidih bercampur gas yang luar biasa kuatnya itu, lalu jatuh ke laut. Tetapi apakah yang menyebabkan kompas pesawat terbang
Grumman itu tidak berfungsi? Jelas medan magnet, tapi dari apa? Apakah dari ledakan gunung di dasar laut? Ini masih tetap merupakan misteri yang saat ini belum terungkap karena miskin angka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar