Rabu, 27 Januari 2010

Mungkinkah Wisata Antar Bintang Terjadi?

Apa yang kamu bayangkan tentang Jagad Raya. Kebanyakan dari kita akan terngiang film Star Trek, adakah diantara teman-teman yang tidak mengenal serial televisi bertemakan Fiksi Ilmiah paling legendaris sepanjang masa ini? saya rasa tidak. Serial yang bertemakan Sci-fi ini bercerita mengenai kehidupan manusia di masa depan bersama-sama dengan spesies dari planet dan tata surya lain ( kalau tidak salah setting-nya di abad 24, CMIIW). Dalam seri pertamanya yang dikenal sebagai Star Trek : The Original Series, dikisahkan tentang petualangan pesawat ruang angkasa USS Enterprise (NCC-1701) dalam petualangan menjelajah ruang angkasa, mengunjungi planet-planet asing di beberapa konstelasi bintang yang berjarak ribuan tahun cahaya.







Serial Star Trek pertama yang saya saksikan adalah seri Voyager, menggambarkan perjalanan pesawat ruang angkasa USS Voyager NCC-74656 dengan kapten Kathryn Janeway (Kate Mulgrew) yang terlempar ke kuadran delta (yaitu perempat bagian lain dari galaksi bima sakti) oleh suatu kekuatan alien dan mencari jalan kembali ke bumi. Kesannya, pertamakali menyaksikan serial ini saya langsung kesengsem. Konsepnya benar-benar berbeda dari film bertemakan sci-fi lainnya. Yang membuat saya kagum dari serial ini adalah sebuah konsep mengenai wisata/penjelajahan antar bintang-nya, dimana dengan memanfaatkan worm hole (lubang cacing), pesawat ruang angkasa mereka dapat begitu cepat dapat sampai ke suatu konstelasi bintang yang jaraknya sangat-sangat jauh dari tata surya kita. Sedikit membayangkan, mungkinkah wisata seperti ini dapat kita lakukukan dikemudian hari? lalu, kira-kira bagaimana caranya? apakah worm hole benar-benar dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut? atau adakah alternatif cara lainnya?
Dari sebuah buku yang pernah saya baca berjudul : Fisika Modern Menyingkap Misteri Lubang Hitam, karya Yusman W, M.si (saya beli di Gramedia Yogya tahun lalu), dipaparkan suatu konsep Fisika Modern mengenai permasalahan ini. Sebagaimana juga dipaparkan oleh Anwar Effendie dalam suatu bukunya, nampaknya apa yang sedang diselidiki Mellor dan Moss adalah suatu usaha untuk membuka sensor langit. Bila persoalan ini berhasil mereka pecahkan, maka erosfer dapat dimanfaatkan sebagai lorong waktu untuk mencapai tempat-tempat jauh yang dituju tanpa harus mati terkurung dalam sangkar peristiwa. Karena kecepatan pusingan ruang di ergosfer melebihi kecepatan cahaya, dengan sendirinya waktu menjadi beku, dan kita dapat menjelajah ruang berjarak miliaran tahun cahaya hanya dalam waktu sekejap saja!
Perjalanan Menembus Waktu adalah puncak ilmu manusia, karena dalam masa hidup kita yang hanya puluhan atau ratusan tahun, kita akan mampu menjelajahi galaksi-galaksi yang jauh bukan hanya sekali, tetapi berulang kali!! mengagumkan bukan? Perjalanan ini telah diisyaratkan dalam Al-Qur'an sebagaimana kita temukan dalam surat Al-Hijr ayat 14: "Dan jika seandainya kami (telah) membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, maka (dengan mudahnya) kemudian mereka (akan dapat) naik terus-menerus ke atasnya."
Dengan adanya ayat ini jelas sekali bahwa selain perjalanan menembus langit dengan pesawat antariksa, sebagaimana yang diisyaratkan dalam surat Ar-Rahman ayat 33, masih ada cara lain yang "bebas hambatan". Bebas hambatan disini diartikan apabila pintu waktu telah ditembusnya. Sebab, kesulitannya justru pada awal pemberangkatannya karena harus menggunakan kepesatan cahaya untuk menembus ergosfer dan memperhitungkan pecahan badan pesawat yang harus menjadi korban memeasuki sangkar peristiwa.
Namun, sekali trik ilmu berhasil memecahkan dinding tenaga dahsyat yang menjadi pintu waktu tersebut, maka hambatan alam pun menjadi lenyap semuanya. Dikatakan trik ilmu, sebab secara wajar mustahil akan mampu mendobrak pintu waktu tersebut. Sama halnya seperti ketika abad antariksa dimulai pada tahun 1958. Sebenarnya, kemampuan teknologi pendorong roket masih terlalu lemah untuk dapat diluncurkan satelit atau pesawat dengan kecepatan 11 km/detik agar dapat lepas dari tarikan gravitasi bumi. Tetapi dengan cara menyusun beberapa pendorong ternyata manusia dapat mengatasi hambatannya.




Hambatan terbesar dalam mendobrak pintu waktu tersebut adalah ketahanan badan pesawat yang harus mampu bertahan terhadap guncangan maha dasyat dan tidak samapi robek dan hancur. Cara yang paling wajar adalah dengan membuat beberapa lapis badan pesawat dari bahan berketahanan tinggi, sehingga jika lapis terluar terobek hancur, masih ada lapis-lapis lainnya yang akan dijadikan korban secara bertahap, dan dua lapis terakhir yang akan pecah dua, yang luar untuk melawan pusingan ergosfer dan yang dalam adalah pesawat yang sebenarnya untuk menjelajah langit. Dapat juga dengan roket pendorong bersusun seperti teknologi roket sekarang. Roket pendorong terakhir adalah yang melawan pusingan ergosfer dan masuk ke sangkar peristiwa, sementara pesawatnya sendiri melesat ke depan.
Cara lain adalah dengan memproses bahan pesawat yang bersifat kenyal. Tetapi cara yang paling sesuai nampaknya adalah dengan menggunakan bahan anti benda. Dengan mempelajari sifat-sifat bahan tersebut menjadi benda wujud tampak atau semacam medan tenaga pengurung atau medan elektromagnet seperti dalam mesin-mesin pemercepat zarah. Teknologi pengurungan demikian sudah dimiliki oleh manusia di bumi, sehingga tidak akan terlalu sulit lagi dalam mempraktekannya. Yang masih harus di teliti antibendanya yang akan dijadikan sebagai bahan pesawat.

Bila zarah bertemu dengan antizarah, menurut teori pusingan elektron Dirac, mereka akan saling menghancurkan dan zarah itu akan dihisap ke dalam lubang dengan melepaskan tenaga tumbukan, dan zarah itu akan lenyap karena dia sudah berada dalam ruang tanpa waktu. Ini adalah celah-celah yang memungkinkan manusia dapat menembus waktu dengan selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar